Kamis, 30 Juni 2011

Menjadi Generasi Cerdas dan Mandiri dengan Membaca dan Menulis



Oleh: Danang Adi Wiratama
Bila kita membaca serius 15 menit tiap hari, maka sekurang-kurangnya 20 buku dapat kita baca tiap tahun (Ralph M.Besse)
Edan! Itulah nama zaman yang sedang kita hadapi saat ini. Nilai-nilai diputar balik, di obrak-abrik, bak pentas komedi. Kejahatan dianggap wajar, sedangkan yang melakukan kebaikan malah dianggap tabu dan tak benar. Korupsi, terorisme, kekerasan, ketidakjujuran, dan kerusakan moral telah menjadi budaya di negeri ini. Negara seolah sedang sekarat dan membutuhkan pertolongan cepat. Bukan bualan dan protes yang saling menghujani, tetapi peran serta dan solusi pasti yang dibutuhkan.
Generasi muda sudah saatnya memberontak dan mendobrak sistem yang meski salah, tetapi tetap berlaku saat ini. Tak terkecuali kita, siswa SMA. Sebagai generasi penerus, kita dituntut untuk ikut berjuang menghadapi masalah-masalah yang menggerogoti bangsa ini. Bukan dengan demonstrasi atau aksi anarki yang merugikan banyak orang. Tetapi, melalui perjuangan yang sesuai dengan peran kita sebagai pelajar, yaitu dengan belajar.
Berbicara soal belajar, tentunya tidak bisa dilepaskan dari aktivitas  membaca dan menulis. Keduanya saling berkaitan. Membaca adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk memahami sesuatu keterangan yang disajikan kepada indra pengelihatan dalam bentuk lambang huruf dan tanda lainnya. Jadi yang perlu  diperhatikan dari membaca, bukanlah pada “memandang” tulisannya, tetapi pada memahami isi tulisan dengan baik. Membaca adalah kegiatan yang sudah, sedang, dan akan senantiasa kita lakukan, sepanjang raga masih ada. Mudah memang. Tetapi menjadikan membaca sebagai kebiasaan, apakah mudah?
Sebelum kita menjawabnya, mari kita bahas terlebih dahulu alasan-alasan utama yang melatarbelakangi  mengapa membaca perlu dijadikan menjadi sebuah kebiasaan. Alasan pertama adalah membaca akan memberikan wawasan bagi kita. Ya, pengetahuan yang senantiasa akan kita butuhkan di kehidupan. Dengan banyak membaca, kita akan menjadi tahu berbagai macam hal, sehingga kemudian kita bisa menentukan suatu sikap seperti hal yang mana diri kita akan menjadi. Tentunya, semua orang ingin menjadi cerdas, bukan? Maka membaca adalah jawabannya! Tak perlu waktu yang lama dalam membaca sebuah buku. Cukup luangkan beberapa menit, untuk memahami secara bertahap setiap bab yang kita selami. Bila ini kita lakukan tiap hari, tentu saja akan banyak sekali informasi dan pengetahuan yang kita dapat hanya dari sebuah buku dalam waktu satu tahun. Bayangkan saja jika semua anak di Indonesia mau meluangkan waktunya sebentar untuk membaca, pasti dalam waktu satu tahun akan muncul jutaan generasi baru penerus bangsa yang cerdas dan mandiri!
Alasan yang kedua mengapa membaca perlu dibiasakan adalah membaca melatih kita mengembangkan pola berpikir serta daya kreatifitas dan imajinasi. Televisi memang menayangkan informasi dan hiburan dengan gambar bergerak yang sangat menarik perhatian kita, sehingga kita tidak perlu lagi untuk berimajinasi atau membayangkan yang sudah disampaikan lewat televisi. Lain halnya jika kita membaca buku. Saat kita membaca buku, kita benar-benar dituntut untuk berkreasi dan berimajinasi secara bebas membayangkan apa yang sedang diceritakan dan diinformasikan pada buku yang sedang kita baca. Misalnya kita membaca tentang dua orang yang sedang bercakap-cakap dalam sebuah ruangan, maka kita akan membayangkan bagaimana kondisi , suasana, dan bentuk ruangan, pakaian apa yang sedang mereka pakai, dan bagaimana rupa mereka.
Alasan yang ketiga adalah membaca dapat memberikan berbagai macam perspektif bagi kita. Dalam membaca berbagai macam buku, kita pastinya melihat bahwa kehidupan digambarkan melalui pandangan bermacam-macam penulis, yang juga masing-masing punya cara yang berbeda dalam menghadapi berbagai macam situasi yang dituliskan dalam bukunya. Dari sini, kita dapat belajar untuk memahami dan menghargai diri orang lain, dan juga kita dapat belajar bahwa untuk menghadapi berbagai situasi dan masalah, kita dapat melihat dari berbagai macam sisi dan perspektif.
Ya, tiga alasan tadi, adalah efek pasti yang akan segera kita rasakan jika kita mau secara sungguh-sungguh menjadikan membaca sebagai kebiasaan. Lalu, pertanyaanya sekarang setelah kita tahu manfaat utama dari membaca adalah, bagaimana caranya menjadikan membaca sebagai suatu kebiasaan?
Sederhana. Jawaban dari pertanyaan di atas hanya ada dua, yaitu yakini dalam hati dan terapkan segera. Itu saja! Yakini dalam hati di sini berarti kita harus percaya bahwa dengan membaca, kita akan mendapatkan sesuatu yang tak ternilai harganya. Ilmu, kreatifitas, dan kedewasaan berpikir. Tiga hal yang tak akan pernah bisa dibatasi oleh apapun di dunia ini. Kemudian diperlukan juga suatu sikap mau belajar sepanjang hayat (long life education) pada diri kita. Dengan demikian, kita akan meyakini bahwa tak ada kata terlambat untuk belajar, belajar, dan terus belajar. Setelah “yakini dalam hati”, kemudian langkah selanjutnya adalah terapkan segera! Kita dapat memulai untuk membaca dari hal-hal yang kita senangi terlebih dahulu, yang mungkin berkaitan dengan pelajaran di sekolah, hobi, trend, olahraga, seni, dan lain-lain. Kita bisa menyisihkan uang saku kita untuk membeli buku favorit kita setiap akhir bulan, dan juga kita bisa mengunjungi perpustakaan yang ada di sekolah atau kota kita. Tak perlu waktu lama untuk membaca. Sediakan waktu paling tidak 15 menit per hari untuk mencerna dan memahami buku yang sedang kita baca. Tidak usah tergesa-gesa dan nikmati saja! Dengan akses buku yang sedemikian mudahnya untuk digunakan dan dimanfaatkan, adalah hal bodoh jika menyia-nyiakan kesempatan berharga ini. Ilmu seperti tersebar dan “berserakan di mana-mana”, seakan menunggu kita untuk mengambil, mempelajari, dan menerapkannya. Jadi, tunggu apa lagi?
Ya, membaca memang baik, tetapi sebetulnya itu belum selesai. Masih ada satu proses lagi yang harus dilakukan untuk menjadi generasi penerus bangsa yang cerdas dan berkualitas. Itu adalah “membagi” ilmu kita, menyuarakan isi hati dan pikiran kita, dan turut memberi opini dan solusi tentang masalah yang sedang dihadapi. Jadi, kita tak hanya menerima ilmu dan pengalaman, tak hanya memiliki opini, tetapi juga harus belajar untuk menyampaikan dan menyuarakan itu semua kepada orang lain! Dengan demikian kita bisa turut ambil bagian dalam memberi ide sebagai solusi atas masalah yang sedang terjadi. Namun pertanyaanya, bagaimana kita, sebagai siswa SMA menyampaikan ide-ide kita ke masyarakat secara benar dan efektif?
Tulisan. Ya, itu jawabanya. Lewat tulisan kita bisa merumuskan ide-ide kita secara utuh dan jelas, sehingga dapat dikomunikasikan dan dipahami oleh orang lain, tanpa menimbulkan salah pengertian. Ini menjadi kekuatan tulisan dibandingkan dengan media lain yang justru sering kali menimbulkan salah tangkap dan masalah baru.
Masalahnya di sini adalah, menulis seringkali dianggap sebagai pekerjaan yang teramat sulit dan membosankan. Banyak dari kita yang merasa bahwa dirinya tidak mempunyai bakat apapun dalam hal menulis. Atau bahkan ada orang lain yang mengatakan pada kita bahwa kita tak berbakat menulis, lalu kita dengan mudahnya mengiyakan anggapan itu dan mulai memvonis diri tak bisa menulis. Pikiran inilah yang jika masih tertanam dalam otak kita, akan menjadikan kita benar-benar sulit atau bahkan tidak bisa menulis! Menulis pun hanya menjadi angan-angan yang takkan bisa dilakukan karena menjadi seperti teramat sulit. Anggapan bahwa kita adalah pikiran kita, tampaknya benar adanya. Yang terpenting dari memulai sebuah tulisan adalah diperlukannya sikap pribadi yang tidak memvonis diri tidak berbakat atau tidak mampu dalam menulis. Seperti yang pernah dikatakan oleh Andrias Harefa, seorang penulis buku best seller, “Yang mungkin diperlukan bukanlah suatu ‘bakat’ istimewa, tetapi lebih pada keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan menuangkan gagasan lewat tulisan”.
Kita pastinya pernah menulis ringkasan buku pelajaran, atau menulis di buku harian, puisi, status Facebook dan Twitter, atau bahkan surat cinta. Atau pernahkah kita mempersiapkan sebuah presentasi, membuat cerpen, atau bahkan tugas karya tulis? Jika anda pernah melakukan paling tidak satu dari kegiatan-kegiatan itu maka, selamat! Anda termasuk orang yang “berbakat” dalam menulis, atau bahkan menjadi seorang penulis! Jangan kita anggap bahwa kegiatan-kegiatan menulis yang pernah kita lakukan sebelumnya adalah kegiatan sepele yang tak berarti. Justru itulah modal penting untuk membiasakan budaya menulis, budaya menyampaikan ide melalui tulisan.
Tentu saja untuk membiasakan diri menyampaikan ide melalui tulisan juga diperlukan suatu hasrat yang besar, tekad yang kuat dan kemauan besar untuk belajar sepanjang hayat. Belajar di sini tentu saja harus diikuti dengan latihan yang konsisten. Tekun menulis apa saja, menemukan tema-tema yang menarik perhatian kita, serta menggunakan teknik-teknik yang tepat dan sesuai dengan kemampuan kita.
Kita bisa saja memulai latihan menulis dengan kegiatan yang ringan terlebih dahulu, seperti menulis di catatan harian. Biasanya kita akan menulis tentang apa yang telah terjadi pada hari ini, apa tugas-tugas kita, apa pendapat-pendapat atau kritik kita, dan apa rencana kita untuk hari selanjutnya. Dengan membiasakan diri tiap hari untuk mengeluarkan isi pikiran ke dalam sebuah buku harian, sebetulnya kita sudah berlatih menulis secara konsisten dan efektif. Semakin sering kita menulis di buku harian, semakin mudah proses menulis kita rasakan. Tak hanya itu, gaya bahasa kita pun pastinya akan semakin baik dari waktu ke waktu. Ide-ide semakin mudah mengalir, dan akhirnya, proses menulis pun jadi semudah dan senikmat seperti pada saat kita makan. Cobalah!
Berbicara soal membaca dan menulis, pasti kebanyakan orang pikirannya hanya akan terpusat pada buku, alat tulis, dan secarik kertas. Tidak salah memang, tapi tahukah anda jika arti dari membaca dan menulis sesungguhnya sangatlah luas? Membaca, misalnya. Membaca di sini tidak hanya diartikan secara sempit sebagai kegiatan memahami isi dari suatu buku, tetapi dapat juga diartikan secara luas seperti membaca keadaan dan situasi, misalnya. Menulis di sini tidak hanya diartikan secara sempit sebagai kegiatan menuangkan ide dan gagasan dalam secarik kertas, tetapi dapat juga diartikan secara luas sebagai kegiatan menuangkan dan menyampaikan ide melalui berbagai macam media misalnya. Contohya ada pada kehidupan saya sendiri. Saya sejak kecil sangat menyukai membaca. Kebiasaan saya setelah membaca biasanya saya akan “menuliskan” apa yang telah saya baca tadi ke dalam bentuk gambar sesuai dengan apa yang saya imajinasikan. Sejak SMP hingga SMA saat ini, saya mulai beralih dari menggambar “bebas” ke menggambar karikatur dan kartun opini. Itu adalah karena saya ingin menyampaikan uneg-uneg saya terhadap situasi yang ada. Jadi, sebelum menggambar karikatur, saya biasanya membaca-baca koran, menonton berita di TV, dan merasakan secara langsung keadaan yang sedang terjadi sebagai bahan untuk membuat karikatur. Karikatur seakan menjadi senjata saya selain tulisan untuk menyampaikan ide, protes, dan argumen saya ke orang lain. Dari situlah, saya menyadari bahwa yang saya lakukan ini juga adalah kegiatan “membaca dan menulis”. Membaca situasi dan kondisi yang terjadi, dan menuliskannya dalam bentuk seni karikatur, yang menurut saya  bisa menyampaikan banyak sekali pesan dan kritik.
Membaca dan menulis. Itulah senjata ampuh dan kunci bagi bangsa kita untuk menghadapi masa depan. Kita sebagai generasi penerus, mutlak harus melakukan, membiasakan, dan membudayakannya. Kita tidak bisa menjadi setengah-setengah. Hanya membaca saja, atau hanya menulis saja. Membaca saja hanya akan membuat kita pasif dalam menghadapi situasi yang melanda negeri ini. Kita memang akan cerdas, tapi kita seakan hanya menelan ilmu tanpa menerapkannya dan menyuarakannya kepada orang lain. Hasilnya, ilmu yang sudah kita lahap pun pada akhirnya akan menjadi seperti tidak ada artinya. Sedangkan, jika kita hanya menulis saja, tanpa membiasakan membaca, maka kita adalah sama dengan tong kosong yang berbunyi nyaring. Apa yang kita sampaikan akan kurang bermakna dan berisi karena kita tidak mempunyai cukup “ilmu” untuk ditulis dan disampaikan. Karena itu membaca dan menulis perlu dilakukan secara beriringan. Biasakan membaca, biasakan menulis. Itu adalah kunci sukses untuk menjadikan kita sebagai generasi sekaligus manusia unggul yang tidak kalah dari bangsa-bangsa lain. Sudah saatnya kita segera mengambil sikap untuk membiasakan menulis dan membaca, mempersiapkan diri sebagai generasi bangsa yang cerdas, mandiri, dan berkualitas untuk menghadapi masa depan bangsa yang akan semakin penuh dengan tantangan. Ayo berjuang!

9 komentar:

keren bange t nih
jadi member blog gw juga donk. . .

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

izin copast buat tugas b. indo :)

maksih gara" teks eksposisi ini saya dapet nilai 50

Terimakasihh udh kasih motivasi

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More